Sabtu, 21 Juni 2014

Pergerakan yang dipenghujung usia.

Agent of change, social control, dan iron stock.
           Tiga peran mahasiswa yang di agung-agungkan kala saya masih duduk disemester satu di bangku perkulihan. Menjadi agen perubahan, sebagai kontrol sosial, dan persiapan yang kuat. Jelas bahwa idealisme membara kala itu. Seiring berjalan waktu saya menjadi sdikit malu menyandang peran yang memiliki beban yang sangat berat ini, dikala kadar intelektual masih distandarisasikan pada transkip nilai deretan A, dikalah perhitungan gaji masa depan sudah diperhitungkan, dan yang paling malu dikala kita sebagai mahasiswa menutup mata, telinga apa lagi hati terhadap isu sosial, dimana masih banyak yang tidak memiliki pendidikan, dimana kesehatan masih menjadi barang- barang berharga. Saya malu ketika dalam penyelesaian masalah, mahasiswa sekarang masih sekedar perdebatan opini-opini didalam ruangan nyaman ber-ac. 
            Kala ini saya kira bukan konstitusi saja yang menjadi krisis, bahkan pergerakan mahasiswa terancam mati, saat penjajahan nikmat yang terasa, keterlenaan kita dalam kenikmataan semu sedangkan masih banyak mereka yang tidak bisa mengenakan -walau hanya- pakaian putih merah. Disaat masyarakat di peras keringatnya, di saat masyarakat diperbudak dinegeri sendiri. Kita masih dengan santainya dengan pola pikir "sekarang yang penting saya belajar yang pinter, lulus dengan cepat, kelak ketika sukses aku akan membenahi apa yang salah"
             kawan, percayalah jika belum kau pijaki aspal yang panas ini sekedar berteriak tentang sedikit keadilan, jangan pernah bermimpi melawan sistem yang sudah mendarah daging, sedikit kita flashback pada tahun 65 saat penggulingan soekarno disana terdapat peran mahasiswa yang berteriak dijalanan, namun setelah itu masih banyak mereka yang terbuai dengan posisi-posisi yang mnguntungkan, apalagi kita ingat pada tahun 1998 dikala terlalu banyak mahasiswa yang meneriaki reformasi, bukan hanya aspal bahkan peluru menembus pejuang sebelum kita, sadarkah yang sekarang mengobrak-abrik negara ini ada gerombolan mereka yang beradu didepan senapan.
              Jangan pernah bermimpi melawan sistem jikalau perjuangan belum pernah kau rasakan, teori keadilan john rawls-mu, kontrak sosial jj reusseu-mu tidak selalu bisa di linearkan dengan realitas sosial sekarang, berjuanglah walau hanya dengan tinta pena hitam. Tidak ada perjuangan yang sia-sia, hidup Mahasiswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar